Salam Perdamaian

Mari kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, karena setiap kebaikan tidak akan pernah ada penyesalan

assalamua'laikum warohmatullah wabarokatuh

selamat datang kawan, salam kenal dan shilaturrohim

Kamis, 13 Februari 2014

Agama adalah nasehat

عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
             Apakah arti “NASIHAT”? Nasehat dalam hadits ini pasti bukan berarti fatwa, wejangan, sebab tidak miungkin kita memberikan nasehat kepada Allah dan rasulnya. Dalam asal kata bahasa arab menurut kamus al-Mujjid fi al-lugoh wa al-A’lam mengartikan nasehat sebagai ketulusan dan kesucian. Dalam al-Qur’an jugaterdapat kata-kata “Taubatan Nasuha” berate taubat yang benar-benar tulus.
Dengan demikian hadits tersebut bermakna; bahwa agama adalah sebuah ketulusan, kesetiaan dan tidak pernah berkhianat kepada Allah SWT, Kitab Allah SWT, Rasulullah SAW, Pemimpim Islam dan tidak  pernah berkhianat kepada sesama umat Islam; karena sesame umat Islam adalah saudara yang laksana satu bangunan.
Diantara contoh-contoh kesetiaan sudah dilakukan oleh para sahabat rasul yang mulya. Sahabat Ali ra sudah menunjukkan kesetiaan kepada rasulullah semenjak kecil. Sahabat Sumayyah ditusuk rahimnya karena kesetiaannya kepada Allah dan Rasulnya. Sahabat Bilal tak henti-hentinya berteriak ahad ...ahad...ahad...ketika batu panas menghimpitnya dan banyak lagi contoh-contoh dari para sahabat nabi.
Senada dengan hal ini Imam Nawawi dalam Syarah Muslimnya beliau menegaskan bahwa yang dimaksud dengan Nasehat kepada Allah adalah beriman kepada Allah dengan setulus-tulusnya, tanpa pernah berkhianat dengan menyekutukannya dengan lain-Nya; patuh dan ikhlas dengan segala perintahNya dan menjauhi smua larangan-Nya. Demikian kepada Rasulullah SAW, KitabNya Al-Qur’an, kepada para pemimpim umat Islam dan kepada sesama umat islam.
Semoga di bulan yang mulya ini kita mampu membuktikan bahwa kita benar-benar tulus beriman kepada Allah, Kitab dan Rasulnya dan tidak pernah berkhianat kepada Nya. Amiin.

SEMOGA KITA BISA MENGAMBIL HIKMAHNYA. AMIN.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لااله الاأنت أستغفرك  وأتوب اليك


Senin, 03 Februari 2014

SEBUAH KISAH TENTANG IHLASNYA HATI

sebuah kisah menarik yang terdapat dalam kitab Thaharotul Qulub: Wal Khudu’u Li’allaamil Ghuyub karya seorang sufi, Al Arif Billah Syeikh Abdul Aziz bin Ahmad bin Said. Kisah tersebut merupakan pengalaman menarik yang dialami oleh sufi lainnya yang bernama Syeikh Abdul Warid Bin Zubad. Dikisahkan bahwa syeikh Abdul Warid dalam satu waktu pernah melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lain, dari satu gunung ke gunung lain, dari satu tempat ke tempat lain dalam rangka mencari ilmu hikmah dari guru-guru sufi. Satu ketika di sebuah gunung Syeikh Abdul Warid bertemu seorang kakek tua yang buta dan tuli serta tidak memiliki sepasang kaki dan tangan. Kakek tersebut sedang beribadah dengan khusuk. Setelah mendekat Syeikh Abdul Warid mendengar sang kakek sedang mengucapkan puji-pujian kepada Allah Subhanallahu wa ta’ala. “ilaahi wa sayyidi, Tuhanku dan Tuanku, متعتني بجوارحي حيث شًت وأخدتها حيث شًت وتركت لي حسن الظن فيك يا بر يا وصول ” Kau anugerahkan anggota tubuh padaku ketika engkau menghendakinya dan kau ambil kembali semuanya saat kau inginkan tapi tetap saja engkau mampu membuatku untuk selalu berbaik sangka pada-Mu.. Wahai dzat yang maha Baik dan dzat Yang Maha Manyampaikan Maksud “. Syeikh Abdul Warid bertanya dalam hati: Aneh sekali kakek ini, Kebaikan apa yang telah Allah berikan? Dan menyampaikan Tujuan apa yang dia maksud, bukankah ia tuli dan buta sehingga tidak bisa melakukan banyak hal? Tiba-tiba sang kakek berkata kepada Abdul Warid hingga ia sangat terkejut karena kakek yang buta dan tuli itu mengetahui apa yang ia fikirkan: Ilaika anni ya baththool, alaisa taraka lii qolban ya’rifuhu? Wa lisaanan yadzkuruhu? Fahuwa Na’iimuddaraini Jami’an, Akan aku jelaskan padamu (kebahagiaan) yang aku dapatkan wahai lelaki pengangguran! Bukankah Tuhan telah meninggalkan Qalb/hati yang selalu mengenal-Nya? Bukankah Tuhan telah memberikanku lidah sehingga aku mampu untuk selalu mengagungkan-Nya? Dan ketahuilah semua itu nikmat dunia akhirat yang tak terhingga. Subhanallah, sungguh kisah yang sangat menakjubkan. Di mana dari seorang kakek buta, tuli dan cacat, kita dapat mengambil satu pelajaran yang sangat berharga. Hati Nurani! Qolb! Hati yang selalu takut dan tunduk kepada Allah. Hati yang telah diterangi cahaya Ilahi, sebagai anugerah terbesar dari Allah yang melebihi dari anugerah apapun! Apalah arti kesempurnaan fisik dan materi yang berlebihan jika ternyata hati kita adalah hati yang tumpul! Hati yang keras! Hati yang tidak terisi oleh cahaya Ilahi! Betapa sang kakek mengingatkan kita agar tidak terperangkap dalam perspesi dan standar kebahagiaan duniawi yang lebih cenderung bersifat materialistik yang semakin dikejar semakin membuat kita merasa hampa dan asing bahkan atas diri kita sendiri. Haruslah hati kita hidup dan berperan bukan hanya akal dan nafsu belaka. Hati yang dimaksudkan disini dan dalam cerita si kakek, adalah hati dalam arti ruhani bukan dalam hati fisik SEMOGA KITA BISA MENGAMBIL HIKMAHNYA. AMIN. سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لااله الاأنت أستغفرك وأتوب اليك